Elektrofisiologi merupakan tindakan untuk merekam dan mengevaluasi aktivitas listrik jantung menggunakan metode invasif yang biasanya dimanfaatkan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit jantung terutama gangguan irama jantung (aritmia).
Prosedur elektrofisiologi membutuhkan pemeriksaan yang akan menentukan jenis intervensi elektrofisiologi yang diperlukan oleh pasien penyakit jantung. Pemeriksaan ini akan menentukan apakah pasien membutuhkan alat bantu atau prosedur lain dalam pengobatan gangguan jantung tersebut.
Jenis Intervensi Elektrofisiologi Berdasarkan Diagnosis
Setelah melakukan pemeriksaan elektrofisiologi dengan memasang elektroda di beberapa bagian dada dan punggung, pasien akan mengetahui jenis elektrofisiologi berdasarkan diagnosa dokter.
1. Pemasangan Alat Pacu Jantung Permanen
Pemasangan alat pacu jantung permanen merupakan jenis intervensi elektrofisiologi untuk pasien yang memiliki denyut jantung lambat. Umumnya menyebabkan gejala kliyengan, mudah lelah hingga pingsan.
Pemasangan alat pacu jantung melalui tindakan oeprasi umumnya ada di sisi kanan atau sisi kiri bagian bawah tulang selangka. Saat ini juga terdapat alat pacu jantung yang dipasang permanen menggunakan kateter, proses pemasangannya melalui lubang kecil pada bagian selangka.
Alat ini memiliki 3 bagian penting, yaitu generator yang berisi sirkuit listrik seukuran kotak korek api, komputer mini, dan baterai yang akan mengirim sinyal ke jantung melalui kabel pacu (lead) saat denyut jantung mulai melambat.
2. Ablasi Aritmia
Jika pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami gangguan irama jantung yang tidak teratur akibat aritmia maka akan dilakukan prosedur penanganan Ablasi Aritmia.
Prosedur ini bertujuan untuk menormalkan detak jantung yang terlalu lambat, terlalu cepat, maupun tidak teratur menggunakan instrument kecil dengan energi panas untuk menghancurkan sirkuit listrik yang tidak normal penyebab gangguan irama jantung.
Jenis intervensi elektrofisiologi ablasi aritmia ini bisa digunakan untuk mengobati takikardia supraventrikular, WPW syndrome, takikardia atrium, kepak atrium, fibrilasi atrium, takikardia ventrikel, dan denyut ventrikel prematur.
3. Pemasangan Terapi Resinkronisasi Jantung
Jenis intervensi elektrofisiologi ini merupakan solusi terbaik untuk pasien penyakit jantung tingkat lanjut di mana terapi jantung konvensional tidak efektif lagi.
Pemasangan terapi resinkronisasi jantung ini dirancang untuk memperbaiki kontraksi bilik jantung. Selain itu juga mampu memperbaiki pompa jantung bilik kanan dan bilik kiri sehingga dapat bekerja secara sinkron atau bersamaan. Cara kerjanya mirip dengan alat pacu jantung yang mengirimkan gelombang listrik melalui kabel pacu (lead).
Meskipun pemasangan terapi resinkronisasi jantung merupakan tindakan yang sangat aman, namun ada beberapa risiko komplikasi yang terjadi pada pasien. Yang terpenting pasien harus selalu waspada dengan medan magnet dan peralatan bertegangan karena peralatan resinkronisasi jantung cukup sensitif. Selain itu, selalu bawa kartu tanda pengenal pasien pemasangan terapi resinkronisasi jantung dan beritahu petugas keamanan sebelum melewati alat pendeteksi logam agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Salah satu dokter spesialis jantung yang memiliki keahlian di bidang intervensi elektrofisiologi di Heartology adalah dr Sunu Raharjo yang merupakan lulusan program pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darahnya di Universitas Indonesia (UI) Jakarta ia memperdalam spesialisasinya dengan mengikuti pelatihan elektrofisiologi klinis, pemasangan alat pacu jantung, dan kardiologi intervensi. Dokter jantung lainnya yang memiliki keahlian yang sama antara lain dr Faris Basalamah dan dr Dicky Hanafy. Cek juga daftar dokter spesialis jantung lainnya dari Heartology disini.
Itulah beberapa jenis intervensi elektrofisiologi yang perlu Anda ketahui, semoga bermanfaat.